rss
twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

TEMA MADING

LPJ Lanjutan tanggal 28 januari 2010

Senin, 11 Januari 2010

Harga Tetap Fluktuatif


http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1&artid=2202
(Oleh trubusid_admindb)



Lima tahun sudah dirjen hortikultura meluncurkan program pola produksi cabai. Namun, gejolak harga si pedas belum terkendali. Lihatlah seminggu menjelang lebaran (21 September 2009) hingga akhir November 2009, harga cabai di tingkat petani mencapai angka Rp20.000/kg, sebelum akhirnya perlahan turun menjadi Rp8.000 pada pertengahan desember. Prediksi praktisi harga cabai pada akhir Maret atau awal April 2010 berkisar Rp2.000 - Rp3.000 per kg.

Pola produksi yang meliputi pengaturan luas, sebaran, dan waktu tanam seyogyanya bisa meredam gejolak harga cabai. Sebab dengan program Dirjen Hortikultura itu pasokan dan kebutuhan cabai setiap bulan diseimbangkan. 'Setiap tahun kami rencanakan kuota penanaman bulanan untuk masing-masing provinsi secara rinci. Dengan begitu tidak ada kelebihan atau kekurangan produksi yang menjadi biangkerok fluktuasi harga,' kata Dr Ir Yul H Bahar, direktur Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian.

Yul melihat di lapangan memang dimungkinkan terjadi penyimpangan-penyimpangan produksi yang membuat angka keseimbangan bergeser. Contoh serangan hama dan penyakit, kemarau panjang, serta banjir yang berdampak pada penurunan produksi. Atau para pekebun tidak mengikuti rencana penanaman yang telah disepakati. Toh, program itu sifatnya anjuran, tanpa sanksi, sehingga keputusan untuk mentanam cabai sepenuhnya di tangan pekebun.
Buka serentak

Yul memprediksi pada Maret - April 2010 harga cabai jatuh karena penanaman pada Oktober dan November 2009 di hampir semua sentra produksi tidak terkontrol. Sebut saja di Malang, Magelang, Brebes, Garut, Tasikmalaya, Padang, Tanahkaro, Dairi, Langkat, dan Simalungun. Saat itu para pekebun serentak menanam cabai bersamaan datangnya musim hujan. Maklum, 'Selain lahan beririgasi yang sudah kontinu ditanami cabai, lahan-lahan tadah hujan pun dibuka untuk lahan cabai,' kata Anang Dwi Susilo, national product manager PT Syngenta Indonesia. Wajar kalau dalam 4 - 5 bulan setelahnya produksi cabai melimpah.

Anang menjelaskan di persemaian tanaman cabai butuh waktu 25 hari hingga siap tanam. Memasuki bulan ke-4 setelah pindah tanam cabai mulai dipanen. Pemanenan berlangsung 2 kali seminggu. Hasil penenan ke-1 - 4 masih rendah, sekitar 30 - 60 kg/ha per panen. Produksi meningkat drastis pada panenan ke-5 - 9, mencapai 800 - 1.200 kg/ha. Selanjutnya pada panen ke-10 - 12 produksi menurun 200 - 400 kg/ha. Jika kondisi tanaman rusak pekebun akan merotasi dengan komoditas lain. Sebaliknya jika masih produktif, tanaman dipertahankan hingga penenan ke-20.

'Itu artinya harga cabai bakal anjlok selama 1 - 2 dua bulan pada Maret dan April. Karena tinggi rendahnya harga tergantung pada jumlah pasokan,' ungkap H Dadi Sudiana, ketua umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia. Menurut Dadi ayunambing harga cabai sulit diatasi meskipun kerap berulang. Beberapa minggu sebelum dan sesudah Lebaran harga cabai pasti tinggi, dan rendah pada pertengahan musim hujan. Musababnya selain kondisi lahan cabai yang kebanyakan nonirigasi, juga sifat latah para pekebun. Mereka ikut-ikutan menanam komoditas yang ditanam.

Meskipun sebagai suatu siklus, tingkat harga bisa terjadi sebaliknya, jika faktor-faktor tak terduga muncul. Misalnya serangan virus kuning yang meluluhlantakkan tanaman cabai, sehingga harga langsung melonjak. Makanya Dadi yang sudah berpengalaman 10 tahun menanam cabai dengan luasan 40 ha di Cianjur, Jawa Barat, menganjurkan agar pekebun bermitra dengan pedagang perantara. Peran pedagang memberikan informasi pasar, sehingga pekebun tahu persis luasan, waktu, dan jenis cabai yang diminta pasar.
Over produksi

Prediksi kemungkinan banjir cabai tercermin pula dari penjualan benih. Selama 2009 dari beberapa produsen benih cabai di Indonesia seperti Syngenta, Easwest Seed, dan Tanindo tercatat 8 ton cabai keriting hibrida dan cabai besar hibrida 4 ton terserap pasar. Angka itu belum termasuk benih open pollination (OP) yang diperkirakan mencapai 9 ton (cabai keriting) dan 6 ton (cabai besar). Andai setiap ton benih berdaya kecambah 90% setara dengan luasan 10.000 ha (populasi 18.000 tanaman), maka dalam setahun pertanaman cabai mencapai 270.000 ha.

Dengan rata-rata produksi nasional 6,5 ton/ha, produksi cabai nasional mencapai 1.755.000 ton. 'Secara kumulatif produksi cabai melebihi kebutuhan konsumsi nasional yang sebesar 1,2-juta ton,' tutur Dadi. Padahal menurut Dr Ir Ani Andayani, M.Agr, kepala Sub Direktorat Tanaman Sayuran Buah, Departemen Pertanian, yang paling penting dalam menyikapi fluktuasi harga cabai adalah sebaran produksi bulanan. 'Akan terjadi over atau kekurangan pasokan jika penanaman terkonsentrasi pada bulan-bulan tertentu. Inilah yang memicu fluktuasi harga,' kata doktor lulusan universitas di Jepang itu.

Ani mengungkapkan, jika terjadi kelebihan produksi sangat sulit mencari solusi. Musababnya industri-industri pengeringan cabai tidak bisa diandalkan untuk menyerapnya. Harga cabai kering terlalu murah, hanya Rp12.000/kg. Sementara untuk menghasilkan sekilo cabai kering dibutuhkan 5 kg cabai segar. 'Sekalipun harga cabai segar Rp2.000/kg, pekebun tidak ada untungnya menjual cabai kering. Untuk biaya tenaga kerja saja tidak cukup Rp2.000/kg,' ujar perempuan kelahiran Cirebon, Jawa Barat, itu.

Memang idealnya dengan semakin meluasnya lahan cabai, konsumsi nasional pun dipacu. 'Ada peningkatan kebutuhan konsumsi tapi tidak signifikan,' kata Yul Bahar. Oleh karena itulah dalam menjalankan tugasnya, Yul mengedepankan 6 pilar yang menjadi landasan untuk bekerja. Salah satu di antaranya giat berpromosi. Setiap kali pertemuan Yul menganjurkan kepada khalayak untuk makan cabai yang terbukti kaya kandungan vitamin. 'Rajin makan cabai, dijamin tidak akan sariawan,' ujar Yul. Sejalan dengan permintaan cabai yang meningkat, pekebun pun pasti tidak akan kesulitan pasar. Soal harga yang fluktuatif, biarkanlah sebagai keunikan dari suatu komoditas. (Karjono)

DAFTAR PELAKSANAAN KEGIATAN BE DEMA FAPERTA 2009/2010

Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jum’at

Sabtu

Minggu

Oktober

1

2

32.3, 2.4

4

5

6

7

82.2

9

102.1

11

12

13

14

15

16

172.3

18

192.4

202.4

212.4

222.4

232.4

242.4

252.4

262.4

272.4

282.4

292.4, 3.1

302.4, 3.2

312.4

November

12.4

2

3

4

5

6

72.5

8

92.6

102.6

112.6

122.6

132.6

142.6, 2.3

152.6

16

17

18

19

20

212.7

22

23

24

25

26

27

282.1

29

30

Desember, 2009

1

2

3

4

51.1

61.1

- Penyuluhan ke Petani

7

8

9

10

11

122.3

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

Januari, 2010

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

Februari, 2010

11.2

21.2

31.2

41.2

51.2

61.2

71.2

81.2

91.2

101.2

111.2

121.2

131.2

141.2

15

16

17

18

19

20

21

22X1

23 X1

24 X1

25 X1

26 X1

27 X1

28 X1

29

30

31

Daftar kegiatan per Bidang :

Bidang 1

1. LDKM 2009 untuk angkatan 2008

2. Penerimaan iuran BE DEMA 2009

Bidang 2

1. Bedah Film

2. Kunjungan ke Balai Pelatihan UKM dan Mikro

3. Pertukaran Keilmuan

4. Dekan Cup

5. Mentoring Agama Islam

6. Menghimpun test TOFL

7. Sosialisasi SK Rektor Tentang DEMA dan UKMF

8. Mengeluarkan Album kompilasi

Bidang 3

1. Acara puncak Dies Natalis FAPERTA

2. Donor Darah

3. Penyuluhan ke Petani (Desember)

Bidang 4

All Bidang :

- LPJ BE DEMA Faperta